Jumat, 19 Maret 2010

Menganalisa karikatur


Gambar karikatur diatas menggambarkan tentang betapa kejamnya pemerintahan di Indonesia. Meskipun para pemerintah itu ingin meringankan beban rakyat kecil dengan cara subsidi dan lainnya, padahal hal tersebut justru membuat para rakyat kecil makin menderita dan sengsara. Lihat saja pada gambar karikatur diatas, terdapat seorang laki-laki yang berteriak sekencang-kencangnya. Hal tersebut menggambarkan seorang mahasiswa yang sedang menyuarakan aspirasinya kepada pemerintah sedangkan mereka dibungkam oleh hal-hal yang dapat merenggut hak bicara mereka. Hal tersebut menurut saya adalah pelanggaran demokrasi.

Lalu ada juga gambar seorang bapak yang ingin bunuh diri dengan sebuah pistol dan seorang anak yang merengek di sebelahnya. Mereka rupanya korban gusuran dari proyek biji besi. Hal ini jelas-jelas merenggut hak rakyat miskin, mereka bahkan tidak mendapat pergantian sama sekali, kalaupun dapat maka hasilnya tidaklah sepadan.

Lalu ada juga gambar seorang ibu yang merasa tercekik karena harus menggunakan gas elpiji, padahal penggunaan gas elpiji adalah program dari pemerintah untuk rakyat miskin, tetapi mengapa harganya cukup mahal untuk rakyat miskin ?


Nama : Teguh Prasetyo H
NPM : 11107669
Kelas : 3KA16

Kamis, 04 Maret 2010

FAKTA UNIK PRESIDEN INDONESIA

FAKTA UNIK PRESIDEN INDONESIA

Selama ini kita mengenal bahwa Indonesia memiliki 6 Presiden, yaitu Soekarno, Soeharto, B.J. Habibie, K.H. Abdurrahman Wahid (Gus Dur), Megawati Soekarnoputri, dan sekarang Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Tapi tahu kah kalian kalau menurut sejarah, sebenarnya Indonesia memiliki lebih dari 6 Presiden, tepatnya 8 Presiden. Tidak percaya? Coba perhatikan fakta-fakta berikut ini:


Pemerintahan Darurat RI
Pada 19 Desember 1948, saat Belanda melakukan agresi militer II dengan menyerang dan menguasai ibu kota RI saat itu di Yogyakarta, mereka berhasil menangkap dan menahan Presiden Soekarno, Moh. Hatta, serta para pemimpin Indonesia lainnya untuk kemudian diasingkan ke Pulau Bangka.


Kabar penangkapan terhadap Soekarno dan para pemimpin Indonesia itu terdengar oleh Sjafrudin Prawiranegara yang saat itu menjabat sebagai Menteri Kemakmuran dan sedang berada di Bukittinggi, Sumatra Barat. Untuk mengisi kekosongan kekuasaan, Sjafrudin mengusulkan agar dibentuk pemerintahan darurat untuk meneruskan pemerintah RI, atau lebih dikenal dengan PDRI (Pemerintahan Darurat Republik Indonesia).


Padahal, saat itu Soekarno - Hatta telah mengirimkan telegram yang berbunyi, "Kami, Presiden Republik Indonesia memberitakan bahwa pada hari Minggu tanggal 19 Desember 1948 djam 6 pagi Belanda telah mulai serangannja atas Ibu Kota Jogjakarta. Djika dalam keadaan pemerintah tidak dapat mendjalankan kewajibannja lagi, kami menguasakan kepada Mr. Sjafruddin Prawiranegara, Menteri Kemakmuran RI untuk membentuk Pemerintahan Darurat di Sumatra".


Sayang, telegram tersebut tidak sampai ke Bukittinggi. Meski demikian, ternyata pada saat bersamaan Sjafruddin Prawiranegara telah mengambil inisiatif yang senada. Dalam rapat di sebuah rumah dekat Ngarai Sianok Bukittinggi, 19 Desember 1948, ia mengusulkan pembentukan suatu pemerintah darurat (emergency government). Gubernur Sumatera Mr. T.M. Hasan menyetujui usul itu "demi menyelamatkan Negara Republik Indonesia yang berada dalam bahaya, artinya kekosongan kepala pemerintahan, yang menjadi syarat internasional untuk diakui sebagai negara".


Pada 22 Desember 1948, di Halaban, sekitar 15 km dari Payakumbuh, PDRI "diproklamasikan" . Sjafruddin duduk sebagai ketua/presiden merangkap Menteri Pertahanan, Penerangan, dan Luar Negeri, ad. interim. Kabinatenya dibantu Mr. T.M. Hasan, Mr. S.M. Rasjid, Mr. Lukman Hakim, Ir. Mananti Sitompul, Ir. Indracahya, dan Marjono Danubroto. Adapun Jenderal Sudirman tetap sebagai Panglima Besar Angkatan Perang. Sjafruddin menyerahkan kembali mandatnya kepada Presiden Soekarno pada tanggal 13 Juli 1949 di Yogyakarta. Dengan demikian, berakhirlah riwayat PDRI yang selama kurang lebih delapan bulan melanjutkan eksistensi Republik Indonesia.

Republik Indonesia Serikat
Dalam perjanjian Konferensi Meja Bundar (KMB) yang ditandatangani di Belanda, 27 Desember 1949 diputuskan bahwa Belanda menyerahkan kedaulatan kepada Republik Indonesia Serikat (RIS). RIS terdiri dari 16 negara bagian, salah satunya adalah Republik Indonesia. Negara bagian lainnya seperti Negara Pasundan, Negara Indonesia Timur, dan lain-lain. Karena Soekarno dan Moh. Hatta telah ditetapkan menjadi Presiden dan Perdana Menteri RIS, maka berarti terjadi kekosongan pimpinan pada Republik Indonesia.



Assaat adalah Pemangku Sementara Jabatan Presiden RI. Peran Assaat sangat penting. Kalau tidak ada RI saat itu, berarti ada kekosongan dalam sejarah Indonesia bahwa RI pernah menghilang dan kemudian muncul lagi. Namun, dengan mengakui keberadaan RI dalam RIS yang hanya beberapa bulan, tampak bahwa sejarah Republik Indonesia sejak tahun 1945 tidak pernah terputus sampai kini. Kita ketahui bahwa kemudian RIS melebur menjadi Negara Kesatuan Republik Indonesia tanggal 15 Agustus 1950. Itu berarti, Assaat pernah memangku jabatan Presiden RI sekitar sembilan bulan! Jadi, dari fakta tersebut bisa disimpulkan bahwa Indonesia memiliki 8 Presiden, bukannya 6 seperti yang kita sangka selama ini.
  
Saya juga tidak tahu kenapa dua presiden (Sjafruddin Prawiranegara dan  Assaat) tersebut tidak diakui, mungkin karena mereka tidak dilantik secara resmi / sah oleh dewan MPR dan DPR. Atau mungkin juga karena mereka hanya menjadi presiden dalam keadaan darurat saja. Entahlah mengapa, padahal bagaimanapun juga mereka pernah menjabat sebagai presiden RI.


Selasa, 02 Maret 2010

Tips dan Trik Memanfaatkan Kipas CPU Untuk Motor Satria FU


Tips dan Trik Memanfaatkan Kipas CPU Untuk Motor Satria FU

Mungkin bagi para pengendara motor Satria FU sering mengalami mati mesin saat motor dibawa dalam perjalanan yang cukup jauh dan menggunakan kecepatan yang sangat tinggi. Hal inilah yang saya alami saat perjalanan mudik 2 tahun yang lalu, saya mudik ke kota Semarang. Yang pertama kali saya pikirkan adalah mungkin hal ini saya alami karena kondisi motor saya yang kurang fit akibat tidak melakukan tune-up terlebih dahulu sebelum melakukan perjalanan mudik. Setelah beberapa bulan berlalu, saya melakukan turing bersama teman-teman ke Bandung-Jawa Barat. Ternyata hal serupa pun saya alami. Padahal sebelum perjalanan  saya sudah melakukan tune-up dan mempersiapkan segala nya agar motor tidak mengalami masalah saat turing nanti. Lalu saya berfikir  mungkin ada masalah dengan mesin motor saya.
Setelah bertanya kesana-kemari kepada teman-teman mekanik ternyata gejala mati sang satria itu diakibatkan karena Pilot Jet standar nya yang kekecilan. Ukuran pilot jet 12,5 dirasakan jauh sekali untuk memenuhi kebutuhan bensin sang bebek super ini. Minimal Satria FU standar dengan knalpot standar memakai pilot jet ukuran 15. Tentu saja hal ini bias membuat aliran bensin ke karburator lebih banyak, artinya si motor satria FU akan lebih boros pemakaian bensinnya. Tapi jangan khawatir, saya ada alternative lain yaitu dengan menggunakan kipas CPU. Bingung kan?? Begini caranya.
Kipas CPU bias kita beli di toko computer kesangan anda. (Gambar 1).
Lalu kipas itu saya sambung jadi dua dengan Cable ties dan dipasang persis di depan oil cooler (Gambar 2).
Kabel merah dari kipas saya sambungkan ke saklar kecil, lalu dari saklar saya sambungkan ke kabel orange di batok lampu. Kabel hitam dari kipas saya sambungkan ke bodi motor (atau bisa ke kabel (-) di batok motor) (Gambar 3).
Gampang kan?.kalo jalanan sedang macet yang membuat potensi mesin menjadi panas, saya tinggal nyalakan kipas dengan mengubah posisi saklar menjadi On.

 


Ini tampilan letak kipas CPU tersebut setelah di pasang :
 

Semoga bermanfaat.
By Teguh Prasetyo . H
NPM : 11107669
Kelas : 3 KA 16